BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi didominasi oleh dunia Barat. Sejak abad
ke-18 perkembangan itu begitu pesat ditandai dengan kehadiran revolusi
industri, di bawah naungan jiwa dan semangat Zaman Renaissance dan Aufklarung.
Bisa dipahami bahwa kebudayaan Barat pun akhirnya banyak dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu dan teknologi.
Zaman Renaissance adalah zaman yang didukung oleh cita-cita untuk
melahirkan kembali manusia yang bebas, yang telah dibelenggu oleh zaman abad
tengah yang dikuasai oleh Gereja atau agama. Manusia bebas ala Renaissance adalah
manusia yang tidak mau lagi terikat oleh orotitas yang manalun (tradisi, sistem
gereja, dan lain sebagainya), kecuali otoritas yang ada pada masingmasing diri
pribadi. Manusia bebas ala Renaissance itu kemudian “didewasakan” oleh
zaman Aufklarungh, yang ternyata telah melahirkan sikap mental menusia
yang percaya akan kemampuan diri sendiri atas dasar rasionalitas, dan sangat
optimis untuk dapat menguasai masa depannya, sehingga manusia (Barat) menjadi
kreatif dan inovatif. Ada daya dorong yang mempengaruhi perkembangan ilmu dan
teknologi yaitu pandangan untuk menguasai alam. Tiada hari tanpa hasil kreasi
dan inovasi. Semenjak itulah dunia Barat telah melakukan tinggal landas
mengarungi angkasa ilmu pengetahuan yang tiada bertepi untuk menaklukkan dan
menguasai alam demi kepentingan “kesejahteraan hidupnya”. Hasilnya adalah
teknologi supra-modern yang mereka miliki sebagaimana kita lihat sekarang ini[1][1].
Menurut Koentjaraningrat (1994:2) unsur-unsur kebudayaan yang ada di dunia
ini adalah; sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian
hidup, dan sistem teknologi dan peralatan. Dari ketujuh unsur itu yang akan
menjadi telaahan adalah sistem pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan dan sistem
teknologi[2][2].
Ilmu dan teknologi sebagai kerangka kebudayaan dapat dilihat, pertama
sebagai kekuatan produksi, kedua sebagai ideologi yang didalam termasuk
politik, ketiga sebagai kerangka kebudayaan modern, dan keempat mencari
relevansi bagi pembangunan Indonesia[3][3] (Wartaya,
1987:306).
Ilmu
merupakan hal dasar dari setiap pengetahuan yang sering kita telaah dan terus
kita gali. Pengetahuan yang dimulai dari rasa ingin tahu, kemudian kepastian yang kadang-kadang kita merasa
ragu. Dorongan rasa ingin tahu akan kepastian sesuatu yang belum kita ketahui
ataupun yang sudah kita tahu. Ilmu itu sendiri memiliki ciri-cirinya serta
kriteria-kriteria yang dapat membedakan antara pengetahuan-pengetahuan yang
lain dengan yang bukan ilmu.
Seperti
halnya pada karakteristik berpikir fisafat, seorang ilmuan tidak lagi puas
mengenal ilmu dari sudut pandang ilmu itu sendiri. Maka karakteristik yang
pertama yaitu bersifat menyeluruh. Karena apabila kita hanya mengetahui sutu
pengetahuan saja, besar kemungkinan akan munculnya meremehkan pengetahuan yang
lain, ssedangkan kita tidak menguasai pengetahuan-pengetahuan yang lainnya.
Kemudian karakteristik pengetahuan-pengetahuan yang lainnya. Kemudian
karakteristik ang kedua yaitu bersifat mendasar yang dapat diperumpakan seorang
yang menelaah ilmu, akan memiliki kerendahan hati yang kemudian mendatangkan
pertanyaan-pertanyaan seperti : apakah ilmu itu harus dipercaya begitu saja
atau mengapa ilmu dapat disebut benar?. Dengan demikian seorang ilmuan akan
menentukan terlebih dahulu titik awalnya. Setelah itu, titik awal yang menjadi
pemikiran mendasar membuat kita bersekulasi dan ciri berfilsafat yang ketiga
yaitu spekulatif.
Dalam
perkembangannya, ilmu pun menjadi aspek utama terhadap perkembangan teknologi
serta kebudayaan. Perkembangan dua unsur tersebut tidak akan terlepas dari
perkembangan pengetahuan.
B. Landasan Teori
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian ilmu, teknologi, dan
kebudayaan ?
2. Bagaimana hubungan antara ilmu dan
teknologi ?
3. Bagaimana hubungan ilmu dan
kebudayaan ?
4. Bagaimana hubungan teknologi dan
kebudayaan ?
C.
Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu,
teknologi, dan kebudayaan.
2. Untuk mengetahui hubungan antara
ilmu dan teknologi.
3. Untuk mengetahui hubungan ilmu dan
kebudayaan.
4. Untuk mengetahui hubungan teknologi
dan kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu, Teknologi, Dan Kebudayaan
1.
Pengertian Ilmu
Ada orang yang menamakannya ilmu, ada yang menamainya ilmu
pengetahuan, dan pula ada yang menyebutnya sains. Keberagaman istilah tersebut
adalah suatu usaha untuk melahirkan padanan (meng-Indonesiakan) kata science yang asalnya dari bahasa
Inggris. Pengertian yang terkandung dibalik kata-kata yang berbeda tersebut
ternyata juga tidak kalah serba ragamnya. Keberagamannya bahkan kadang-kadang
seolah-olah mengingkari citra ilmu pengetahuan itu sendiri yang pada dasarnya
bertujuan untuk merumuskan sesuatu dengan tepat, tunggal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia[4][4] ilmu artinya adalah pengetahuan
atau kepandaian. Dari
penjelasan dan beberapa contohnya, maka yang dimaksud pengetahuan atau
kepandaian tersebut tidak saja berkenaan dengan masalah keadaan alam, tapi juga
termasuk “kebatinan” dan persoalan-persoalan lainnya. Sebagaimana yang sudah
kita kenal mengenai beberapa macam nama ilmu, maka tampak dengan jelas bahwa
cakupan ilmu sangatlah luas, misalnya ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu dagang, ilmu
hitung, ilmu silat, ilmu tauhid, ilmu mantek, ilmu batin (kebatinan), ilmu
hitam, dan sebagainya.
Ilmu adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia[5][5]. Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya[6][6].
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi
merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode
yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Secara bahasa, kata ilmu dalam bahasa Arab berasal dari kata
“ilm”[7][7] yang berarti memahami, mengerti,
atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat
berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui
masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
Kata ilmu sudah digunakan masyarakat sejak ratusan tahun
yang lalu. Di Indonesia, bahkan sebelum ada kata ilmu sudah dikenal kata-kata
lain yang maksudnya sama, misalnya kepandaian, kecakapan, pengetahuan, ajaran,
kawruh, pangrawuh, kawikihan, jnana, widya, parujnana, dan lain-lain. Sejak
lebih dari seribu tahun yang lampau nenek moyang bangsa kita telah menghasilkan
banyak macam ilmu, contohnya kalpasastra (ilmu farmasi), supakasastra (ilmu
tataboga), jyotisa (ilmu perbintangan), wedastra (ilmu olah senjata),
yudanegara atau niti (ilmu politik), wagmika (ilmu pidato), sandisutra
(sexiology), dharmawidi (ilmu keadilan), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ada yang mencoba membedakan antara pengetahuan (knowledge)
dan ilmu (science). Pengetahuan
diartikan hanyalah sekadar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha manusia untuk
menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa batu, apa gunung, apa air, dan
sebagainya. Sedangkan ilmu bukan
hanya sekadar dapat menjawab “apa” tetapi akan dapat menjawab “mengapa” dan
“bagaimana” (why dan how)., misalnya mengapa batu banyak
macamnya, mengapa gunung dapat meletus, mengapa es mengapung dalam air.
Pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu
apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu obyek kajian, metoda pendekatan dan
bersifat universal.
Ø Mohammad
Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
Ø Ralp
Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional,
umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
Ø Karl
Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
Ø Ashely
Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu
adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal
yang sedang dikaji.
Ø Harsojo,
Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah
·
Merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistematisasikan.
·
Merupakan suatu pendekatan atau
mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh
factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia.
·
Merupakan suatu cara menganlisis
yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam
bentuk: “jika,….maka…”
Ø Afanasyef,
seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan
manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan
konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya
diuji dengan pengalaman praktis.
Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat
disebut sebagai ilmu[9][9]. Adapun
syarat-syarat ilmu, diantaranya:
a.
Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian
yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari
luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada
karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari
adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut
kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek
penunjang penelitian.
b.
Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan
untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari
kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian
kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara,
jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya
merujuk pada metode ilmiah.
c.
Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba
mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d.
Universal. Kebenaran yang hendak dicapai
adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu
yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an
(universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya
adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam
ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
2.
Pengertian Teknologi
Teknologi bagi kita merupakan
pengetahuan terhadap penggunaan alat dan kerajinan, dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan
alamnya. Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani technología‐techne, yang berarti
serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan
dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang
prinsip-prinsip atau metode dan seni[10][10]. Istilah teknologi sendiri untuk
pertama kali dipakai oleh Philips pada tahun 1706 dalam sebuah buku berjudul Teknologi:
Diskripsi Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology:
A Description Of The Arts, Especially The Mechanical)[11][11]. Teknologi juga dapat diartikan benda‐benda yang berguna bagi manusia, seperti mesin, tetapi
dapat juga mencakup hal yang lebih luas, termasuk sistem, metode organisasi,
dan teknik. Istilah ini dapat diterapkan secara umum atau spesifik: contoh‐contoh mencakup "teknologi konstruksi",
"teknologi medis", atau "state‐of‐the‐art
teknologi".
Teknologi adalah metode
ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula
diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia[12][12].
Kita menggunakan teknologi dimulai dengan konversi sumber daya alam menjadi
peralatan sederhana. Penemuan yang prasejarah kemampuan untuk mengendalikan api
sehingga dapat mengolah makanan dan penemuan roda membantu manusia dalam
perjalanan di dalam dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi
terbaru, termasuk mesin cetak, telepon, dan Internet, mengatasi hambatan fisik
untuk komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan bebas pada
skala global atau luas. Namun, tidak semua teknologi ini telah digunakan untuk
tujuan damai; pengembangan senjata yang semakin meningkat kekuatan destruktif
telah berkembang sepanjang sejarah, dari klub untuk senjata nuklir.
Teknologi telah mempengaruhi
masyarakat dan sekitarnya dalam beberapa cara. Dalam masyarakat, teknologi
telah membantu mengembangkan ekonomi yang lebih maju (termasuk ekonomi global
saat ini). Tetapi banyak proses‐proses
teknologi juga menghasilkan produk yang tidak diinginkan atau mengakibatkan
sesuatu hal, contohnya polusi, dan menguras sumber daya alam, dengan merusak
bumi dan lingkungannya. Berbagai implementasi teknologi mempengaruhi nilai‐nilai masyarakat dan teknologi baru sering menimbulkan
pertanyaan‐pertanyaan etika baru. Contohnya
meliputi munculnya gagasan tentang efisiensi dalam hal produktivitas manusia,
istilah yang awalnya hanya berlaku bagi mesin, dan tantangan dari norma‐norma tradisional.
Dalam memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya
sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi karena teknologi merupakan mesin penggerak pertumbuhan melalui industri[13][13]. Oleh sebab
itu, tepat momentumnya jika kita
merenungkan masalah teknologi, menginventarisasi yang kita
miliki, memperkirakan apa yang ingin kita capai dan bagaimana caranya
memperoleh teknologi yang kita perlukan itu, serta mengamati betapa besar
dampaknya terhadap transformasi budaya kita[14][14].
Sebagian dari kita beranggapan bahwa teknologi adalah barang atau sesuatu
yang baru[15][15], padahal
kalau kita membaca sejarah, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan
merupakan suatu gejala kontemporer[16][16]. Setiap zaman memiliki teknologinya
sendiri[17][17]. Sejarah
Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif[18][18]. Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran
dan hasil kebudayaan telah nampak berorientasi menuju bidang
teknologi[19][19]. Dalam
bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara
lama atau penemuan metode baru dalam
menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam, membuat baju,
atau membangun rumah[20][20]
Ø Kemajuan
teknologi yang bersifat netral (bahasa Inggris: neutral technological progress)
Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama.
Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama.
Ø Kemajuan
teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh
meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi
sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
Ø Kemajuan
teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris: capital-saving technological
progress) Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena
hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di
negara-negara maju, yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan
modalnya.
Pengalaman di berbagai negara
berkembang menunjukan bahwa campur tangan langsung secara
berlebihan, terutama berupa peraturan pemerintah yang terlampau
ketat, dalam pasar teknologi asing justru menghambat arus teknologi asing ke
negara-negara berkembang[22][22].
Di lain pihak suatu kebijaksanaan
'pintu yang lama sekali terbuka' terhadap arus teknologi asing, terutama dalam
bentuk Penanaman Modal Asing (PMA), justru
menghambat kemandirian yang lebih besar dalam proses pengembangan kemampuan
teknologi negara berkembang karena ketergantungan yang terlampau besar pada
pihak investor asing, karena
merekalah yang melakukan segala upaya teknologi yang sulit dan rumit[23][23].
3.
Pengertian Kebudayaan
Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah
suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia[24][24].
Beberapa alasan mengapa orang mengalami
kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam
definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan
"kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang
layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan
suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Asal kata “kebudayaan” adalah cultuur (dalam bahasa
Belanda), culture (dalam bahasa Inggris), colere (dalam bahasa latin) yang
berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama mengolah
tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai
segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah alam[25][25].
Dalam bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa
Sansakerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang artinya budi atau
akal. Ada juga yang berpendapat bahwa kebudayaan adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. Budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, sedangkan kebudayaan
adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut[26][26].
Elwood menyatakan bahwa kebudayaan itu
mencakup benda-benda material dan spiritual, yang pada kedua-duanya diperoleh
dalam interaksi kelompok atau dipelajari dalam bentuk kelompok. Kebudayaan
mencakup kekuatan untuk menguasai alam dan dirinya sendiri[27][27].
Dalam Oxford Advanced Learners’s Dictionary of Current
English, diuraikan bahwa kata kebudayaan semakna dengan culture yang memiliki
pengertian beragam, sebagai berikut:
a. Advanced development of the human
powers: development of the body, maind and spirit by training and experience;
b. Evidence of intellectual development
(of arts, science, ets) in human society;
c. State of intellectual development
among a people;
d. All the arts, beliefs, social
institutions, ets characteristic of a community, race;
e. Cultivating; the rearing of bees,
silkworms,
Pengertian culture di atas dapat
dipahami bahwa kebudayaan adalah pembangunan yang didasarkan pada kekuatan
manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran, dan semangat melalui latihan dan
pengalaman; bukti nyata pembangunan intelektual, seperti seni dan pengetahuan;
atau pembangunan intelektual diantara budaya orang; bahwa kebudayaan adalah
semua seni, kepercayaan institusi sosial, seperti karakteristik
masyarakat,suku, dan sebagainya; mengolah pertanian sampai pada tingkat
teknologi biologi bakteri.
Sekilas pengertian kebudayaan diatas
tidak secara sistematik dan teknis. Pengertian secara komprehensif dapat
dilihat dari dua berikut ini.
Buku The World University Encyclopedia menjelaskan bahwa culture adalaha the world of life of a
socisty. It is the totality of the spiritual, intellectual, and artistic
attitudes shared by a group, including its tradition, habits, social customs,
morals, laws, and social relations. Yang artinya kebudayaan adalah
pandangan hidup masyarakat, ia adalah totalitas spiritual, intelektual, dan
sikap artistik yang dibentuk oleh masyarakat, termasuk tradisi, kebiasaan,
adat, moral, hukum, dan hubungan sosial[29][29].
Buku The World Book
Encyclopedia menjelaskan secara rinci dan sistematik dibandig kamus Oxford, bahwa kebudayaan adalah all distinctively human activities, and
includes achievements in every field, which man passes on from one generation
to the next. Culture means such activities as using a language, getting wared,
briging up children, earning a living, running a goverment, fighting a war, and
taking part in religious ceremonies. Artinya semua aktivitas manusia yang
nyata termasuk dalam berbagai bidang, yang berlangsung dari satu generasi
manusia ke generasi berikutnya. Kebudayaan bermakna berbagai kegiatan yang
menggunakan bahasa, menikah, membesarkan anak-anak, mencari nafkah, menjalankan
peerintahan, berjuang dalam perang, dan ikut serta dalam berbagai kegiatan
keagamaan[30][30]. Adapun kebudayaan dalam arti
sempit adalah the sum total of the ways of life of a group of people
(serangkaian cara hidup dari komunitas masyarakat)[31][31].
Dalam tulian Jaih Mubarok, definisi
kebudayaan diantara yang terbaik sebagaimana yang dibuat oleh E.B. Tayor bahwa
budaya adalah that complex whole which
includes knowledge, belief, art, morals, laws, custom, and any other
capabilities and habits acquired by man as a member of society, yaitu
keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai
bagaian dari masyarakat[32][32].
Secara singkat dan sederhana,
sebagaimana dipahami secara umum, kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat[33][33].
Karya masyarakat menghasilkan teknologi
dan kebudyaan kebendaaan (material
culture) yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar
kekuatan serta hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat. Rasa yang
meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah dan nilai-nilai sosial yang
perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas. Agama,
ideologi, kebatinan, dan kesenian yang merupakan hasil eksplisit jiwa manusia
yang hidup sebagai anggota masyarakat, termasuk didalamnya.
Cipta merupakan kemampuan mental,
kemampuan berpikir orag-orang yang hidup bermasyarakat, antara lain
menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Cipta bisa berbentuk teori murni
dan buisa juga telah disusun sehingga dapat langsung diamalkan oleh masyarakat.
Semua karya, rasa, dan cipta, dikuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan
kegunaannya agar seseuai dengan kepentingan sebagaian besar atau seluruh
masyarakat[34][34].
Perwujudan dari kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B.
Hubungan Antara Ilmu Dan Teknologi
Ilmu memegang peranan penting bagi negara-negara berkembang
dalam proses peningkatan standar hidup, kesejahteraan, dan melindungi sumber
daya alam dan keanekaragaman hayati. Negara-negara berkembang menghadapi
berbagai tantangan jangka pendek dan jangka panjang. Perubahan penggunaan lahan
melalui penggundulan hutan dan perubahan lahan pertanian akibat aktivitas
sosio-ekonomi di daerah tangkapan air di hulu, telah menyebabkan terjadinya
berbagai kerusakan lingkungan dan infrastruktur akibat bencana yang
ditimbulkannya. Kerusakan lingkungan di daerah tangkapan air, menyebabkan
kelangkaan air bersih di berbagai negara, selain bencana banjir ketika musim
penghujan.
Komunikasi ilmu terhadap masyarakat dan pemahaman masyarakat
terhadap ilmu merupakan subyek riset yang relatif baru di lingkungan akademis,
namun berkembang untuk dipelajari lebih lanjut untuk mendukung proses
pengambilan kebijakan publik. Pemahaman yang baik terhadap dinamika
kompleksitas ilmu dan interaksi ilmu dengan masyarakat, berguna dalam
peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap ilmu dan akhirnya berkembang
menjadi suatu sistem pengelolaan dan kontrol sosial masyarakat terhadap ilmu.
Dalam komunikasi ilmu, perangkat komunikasi atau penyampai
informasi yang digunakan akan disesuaikan untuk menciptakan jaminan terjadinya
pemahaman dan penerimaan masyarakat awam terhadap ilmu. Sedangkan aspek ketiga
adalah aspek kreativitas, yang membantu perkembangan kecerdasan dan kapabilitas
masyarakat sehingga menghasilkan kemampuan dalam mengintegrasikan ilmu ke
kehidupan sehari-hari.
Ilmu memainkan peran penting sebagai sebuah agen pembaharu
di masyarakat. Sebagai bangsa yang bergerak ke arah ekonomi berbasis
pengetahuan, dibandingkan ekonomi berbasis sumber daya alam sesuai dengan
paradigma tekno-ekonomi, ilmu menjadi landasan keberhasilan pembangunan ekonomi
yang didukung oleh kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia yang
kompetitif.
Ilmu, dan teknologi memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam
peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk
mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan
sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang
berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling
berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara
teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan
suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang
belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu
membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita
tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga
dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi,
terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu pengetahuan mendorong teknologi, teknologi mendorong
penelitian, penelitian yang menghasilkan ilmu pengetahuan baru. Ilmu
pengetahuan baru mendorong teknologi baru.
C.
Hubungan Antara Ilmu Dan Kebudayaan
Dalam unsur budaya terdapat adanya sistem pengetahuan,
dimana ilmu dan teknologi termasuk di dalamnya. Dengan demikian ilmu itu
sendiri merupakan bagian dari budaya. Ilmu dan budaya mempunyai hubungan yang
saling mempengaruhi dan saling tergantung. Pada satu pihak perkembangan ilmu
dalam satu masyarakat tergantung dari kondisi budaya masyarakat tesebut, dan
juga perkembangan ilmu akan mempengaruhi berkembangnya budaya masyarakat.
Sumbangan ilmu terhadap budaya adalah pada nilai yang terkandung dalam ilmu,
yakni tentang etika, estetika dan logika.. Ilmu merupakan sumber nilai dan tata
hidup, baik bagi perkembangan kepribadian secara individual maupun pengembangan
masyarakat secara keseluruhan. Selain itu menurut Rene Dubos dalam bukunya
Reasong Awake : Science for man, ilmu turut membentuk profil budaya bukan saja
lewat aspek-aspek teknisnya, melainkan juga dengan jalan memberikan
pandangan-pandangan baru yang membuahkan sikap yang baru.
Contohnya adalah dalam masyarakat pedalaman, budaya yang
berkembang adalah budaya agraris. Adapun ilmu yang berkembang adalah ilmu pertanian.
Ilmu pertanian ini memberikan pandangan-pandangan baru terhadap budaya,
misalnya ritual-ritual khusus menjelang panen, mata pencaharian sebagai petani,
alat-alat pertanian dan lain-lain. Pola Hubungan Ilmu dan budaya dan Teknologi
antara ilmu dan budaya keduanya memiliki keterkaitan karena kedua-duanya saling
mempengaruhi. Keduanya juga memiliki kaitan erat dengan manusia, karena manusia
inilah yang membentuk budaya, merumuskan ilmu dan menciptakan teknologi, serta
mengembangkan kedua-duanya, karena manusia mempunyai akal dan bahasa.
Jadi, antara ilmu dan budaya keduanya memiliki keterkaitan.
Hubungan antara ilmu, dan budaya adalah saling mempengeruhi. Budaya
mempenagruhi Ilmu dan budaya, ilmu memepengaruhi budaya mempengaruhi ilmu dan
budaya. Ilmu dan budaya semuanya dikembangkan manusia. Ilmu dirumuskan manusia,
budaya dibentuk manusia. Dan juga keduanya memberikan sumbangan terhadap
manusia.
D.
Hubungan Teknologi Dan Kebudayaan
Teknologi merupakan perkembangan suatu
media/alat yang dapat digunakan dengan lebih efisien guna memproses serta
mengendalikan suatu masalah. Perkembangan teknologi berlangsung secara
evolutif. Dalam memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya sangat ditentukan
oleh penguasaan teknologi karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan
melalui industri. Oleh sebab itu, tepat momentumnya jika kita merenungkan
masalah teknologi, menginvenstasikan
yang kita miliki, memperkirakan apa yang ingin kita capai dan bagaimana caranya
memperoleh teknologi yang kita perlukan itu, serta mengamati betapa besar
dampaknya terhadap transformasi budaya kita. Sebagian dari kita beranggapan teknologi
adalah barang atau sesuatu yang baru. padahal, kalau kita membaca sejarah,
teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala
kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta
memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara
manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa
keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat
pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam
teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan
fisik), yaitu:
a. Alat-alat produktif
b. Senjata
c. Wadah
d. Alat-alat menyalakan api
e. Makanan
f. Pakaian
g. Tempat berlindung dan perumahan
h. Alat-alat transportasi
Dengan semakin majunya perkembangan teknologi, maka hal
tersebut akan berdampak pada perubahan kebudayaan. Dampak tersebut diantaranya
adalah:
Ø Perubahan
Sosial Budaya
Perubahan
sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang
terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai
dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Seiring dengan kemajuan teknologi, sebuah budaya dapat terpengaruh dan pada
akhirnya terjadi perubahan budaya.
Ø Penetrasi
Kebudayaan
Yang
dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan
ke kebudayaan lainnya. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dapat
membuat masuknya kebudayaan lain.
Oleh karena itu, keberadaan budaya harus kita junjung tinggi
sebagai tanda penghormatan kepada para leluhur kita dengan tetap
melestarikannya, jangan hanya karena kemajuan teknologi yang semakin pesat
membuat kita melupakan kebudayaan yang sudah susah payah dijaga. Sebagai
generasi muda marilah kita menjaga warisan leluhur yang salah satunya adalah
kebudayaan yang beragam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengertian:
Ø Ilmu
adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ø Teknologi
merupakan serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan
suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip
atau metode dan seni. Teknologi juga dapat diartikan benda‐benda yang berguna bagi manusia, seperti mesin, tetapi
dapat juga mencakup hal yang lebih luas, termasuk sistem, metode organisasi,
dan teknik. Istilah ini dapat diterapkan secara umum atau spesifik: contoh‐contoh mencakup "teknologi konstruksi",
"teknologi medis", atau "state‐of‐the‐art
teknologi".
Teknologi adalah metode ilmiah
untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula
diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Ø Kebudayaan
adalah pembangunan yang didasarkan pada kekuatan manusia, baik pembangunan
jiwa, pikiran, dan semangat melalui latihan dan pengalaman; bukti nyata
pembangunan intelektual, seperti seni dan pengetahuan; atau pembangunan
intelektual diantara budaya orang; bahwa kebudayaan adalah semua seni,
kepercayaan institusi sosial, seperti karakteristik masyarakat, suku, dan
sebagainya; mengolah pertanian sampai pada tingkat teknologi biologi bakteri.
Secara singkat dan sederhana, sebagaimana dipahami secara umum, kebudayaan
adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
2. Hubungan Antara Ilmu dan Teknologi
Ilmu, dan teknologi memiliki kaitan struktur yang jelas.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya
untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui
“apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai
suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan
dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi.
Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung
ilmu pengetahuan di dalamnya. Ilmu dan teknologi dalam penerapannya, keduanya
menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa
malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah
mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka
kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah.
Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan
teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama. Ilmu
pengetahuan mendorong teknologi, teknologi mendorong penelitian, penelitian
yang menghasilkan ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan baru mendorong
teknologi baru.
3. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan
Dalam unsur budaya terdapat adanya sistem pengetahuan,
dimana ilmu dan teknologi termasuk di dalamnya. Dengan demikian ilmu itu
sendiri merupakan bagian dari budaya. Ilmu dan budaya mempunyai hubungan yang
saling mempengaruhi dan saling tergantung. Pada satu pihak perkembangan ilmu
dalam satu masyarakat tergantung dari kondisi budaya masyarakat tesebut, dan
juga perkembangan ilmu akan mempengaruhi berkembangnya budaya masyarakat.
Sumbangan ilmu terhadap budaya adalah pada nilai yang terkandung dalam ilmu,
yakni tentang etika, estetika dan logika. Ilmu merupakan sumber nilai dan tata
hidup, baik bagi perkembangan kepribadian secara individual maupun pengembangan
masyarakat secara keseluruhan. Pola Hubungan Ilmu dan budaya dan Teknologi
antara ilmu dan budaya keduanya memiliki keterkaitan karena kedua-duanya saling
mempengaruhi. Keduanya juga memiliki kaitan erat dengan manusia, karena manusia
inilah yang membentuk budaya, merumuskan ilmu dan menciptakan teknologi, serta
mengembangkan kedua-duanya, karena manusia mempunyai akal dan bahasa. Jadi,
antara ilmu dan budaya keduanya memiliki keterkaitan. Hubungan antara ilmu, dan
budaya adalah saling mempengeruhi. Budaya mempenagruhi Ilmu dan budaya, ilmu
memepengaruhi budaya mempengaruhi ilmu dan budaya. Ilmu dan budaya semuanya
dikembangkan manusia. Ilmu dirumuskan manusia, budaya dibentuk manusia. Dan
juga keduanya memberikan sumbangan terhadap manusia.
4. Hubungan Teknologi dan Kebudayaan
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta
memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara
manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa
keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan
yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi
tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api, makanan,
pakaian, tempat berlindung dan perumahan, dan alat-alat transportasi. Dengan semakin majunya perkembangan
teknologi, maka hal tersebut akan berdampak pada perubahan kebudayaan.
B. Saran
Antara ilmu, teknologi dan kebudayaan, ketiganya memiliki
keterkaitan.
Ilmu, teknologi
dan kebudayaan semuanya dikembangkan manusia, dan juga
ketiganya memberikan sumbangan
yang berarti terhadap kehidupan manusia.
Sebaiknya keberadaan budaya harus kita junjung tinggi
sebagai tanda penghormatan kepada para leluhur kita dengan tetap
melestarikannya, jangan hanya karena kemajuan teknologi yang semakin pesat
membuat kita melupakan kebudayaan yang sudah susah payah dijaga. Sebagai generasi muda marilah kita
menjaga warisan leluhur yang salah satunya adalah kebudayaan yang beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Jujun
S. Suriasumantri
1999
|
Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar
Populer.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
|
Dedi
Supriyadi, M.Ag
2008
|
Sejarah Peradaban Islam. CV Pustaka Setia.
|
Melvile
W. Feldman dan Rudolf H. Yeatman JR
1965
|
The World University Encyclopedia.
Washinngton DC
|
Jaih
Mubarok
2005
|
Sejarah
Peradaban Islam. Pustaka Bany Quraisy, Bandung. Cetakan Kedua.
|
Wibisono Koento
1992
|
Dampak Teknologi Terhadap Kebudayaan. Tiara Wacana, Yogyakarta.
|
Koentjaranigrat
1994
|
Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
|
Wartaya W.Y.
1987
|
Ilmu dan Teknologi sebagai Kerangka Budaya Modern.
|
Prof.
Dr. C.A. Van Peursen
2008
|
Filsafat Sebagai Seni untuk
Bertanya.
Pustaka Sutra, Bandung.
|
Ramli
Abdul Wahid
1996
|
Ulumul Qu'ran. Grafindo, Jakarta.
|
Dr.
Amsal Baktiar, MA
2004
|
Filsafat Ilmu. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
|
Dani
Vardiansyah
2008
|
Filsafat Ilmu Komunikasi : Suatu
Pengantar.
Indeks, Jakarta.
|
Imam
Sukardi
2003
|
Hamengku
Buwono X (Sultan of Yogyakarta)
2007
|
Merajut Kembali Keindonesiaan Kita. Gramedia Pustaka Utama.
|
Burhanuddin
Abdullah
2006
|
Menanti Kemakmuran Negeri:
Kumpulan Esai Tentang Pembangunan Sosial Ekonomi Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
|
Isei
2005
|
Pemikiran Dan Permasalahan Ekonomi
Di Indonesia Dalam Setengah Abad Terakhir 4. Kanisius.
|
Deddy
Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat
2006
|
Komunikasi
Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Remaja Rosdakarya, Bandung.
|
Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
1964
|
Setangkai Bunga Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
|
AS.
Hornby
1974
|
Oxford Advanced Learners’s
Dictionary of Current English. Oxford University Press, Great Britain.
|
Drs.
H. Abu Ahmadi
Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta.
|
W.
Feldman and Rudolf H. Yeatman JR
1965
|
The World University Encyclopedia. Melvile, Washinngton DC.
|
1964
|
The World Book Encuclopedia. Field Enterprises Educational
Corporation, Chicago.
|
2001
|
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka, Jakarta.
|
Pembangunan Ekonomi Edisi 9, Jilid 1.
Erlangga.
|
http://jakabillal.blogspot.com/2012/04/filsafat-ilmu-ilmu-teknologi-dan.html
[1][1] Wibisono, Koento. “Dampak
Teknologi Terhadap Kebudayaan” dalam Karim, Rusli, M. & Ridjal Fauzi
(Ed.). 1992. Dinamika Ekonomi dan Iptek dalam Pembangunan. Yogyakarta :
Tiara Wacana.
[2][2] Koentjaranigrat. Kebudayaan
Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994).
[3][3] Wartaya, W.Y. “Ilmu dan Teknologi sebagai
Kerangka Budaya Modern”. Basis. Agustus. 1987.hlm.306
[5][5]
Prof. Dr. C.A. Van Peursen, Filsafat
Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?,
(Bandung : Pustaka Sutra, 2008), hlm 7-11.
[6][6]
Prof. Dr. C.A. Van Peursen, Filsafat
Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?,
(Bandung : Pustaka Sutra, 2008), hlm 7-11.
[7][7]
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qu'ran,
(Jakarta : Grafindo, 1996), hlm.7.
[8][8]
Dr. Amsal Baktiar, MA, Filsafat Ilmu
(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004)
[9][9]
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu
Komunikasi : Suatu Pengantar, Indeks, (Jakarta 2008), hlm 8.
[13][13]
Hamengku Buwono X (Sultan of Yogyakarta), Merajut
Kembali Keindonesiaan Kita (Gramedia Pustaka Utama, 2007).
[14][14]
Hamengku Buwono X (Sultan of Yogyakarta), Merajut
Kembali Keindonesiaan Kita (Gramedia Pustaka Utama, 2007).
[15][15]
Burhanuddin Abdullah, Menanti Kemakmuran
Negeri: Kumpulan Esai Tentang Pembangunan Sosial Ekonomi Indonesia
(Gramedia Pustaka Utama, 2006)
[16][16]
Burhanuddin Abdullah, Menanti Kemakmuran
Negeri: Kumpulan Esai Tentang Pembangunan Sosial Ekonomi Indonesia
(Gramedia Pustaka Utama, 2006)
[17][17]
Burhanuddin Abdullah, Menanti Kemakmuran
Negeri: Kumpulan Esai Tentang Pembangunan Sosial Ekonomi Indonesia
(Gramedia Pustaka Utama, 2006)
[22][22]
Isei, Pemikiran Dan Permasalahan Ekonomi
Di Indonesia Dalam Setengah Abad Terakhir 4, (Kanisius, 2005)
[23][23]
Isei, Pemikiran Dan Permasalahan Ekonomi
Di Indonesia Dalam Setengah Abad Terakhir 4, (Kanisius, 2005)
[24][24] Deddy Mulyana dan
Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi dengan
Orang-Orang Berbeda Budaya. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006).hal.25
[25][25]
Drs. H. Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan
(Rineka Cipta), hlm. 58.
[26][26]
Drs. H. Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan
(Rineka Cipta), hlm. 58.
[27][27]
Drs. H. Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan
(Rineka Cipta), hlm. 58.
[28][28]
AS. Hornby. Oxford Advanced Learners’s
Dictionary of Current English. Oxford University Press, Great Britain,
1974, hlm. 210.
[29][29] The World University
Encyclopedia. Washinngton DC: MelvileW. Feldman and Rudolf H. Yeatman JR.,
1965, v.3, hlm. 1403.
[30][30] The World Book
Encuclopedia, Chicago: Field Enterprises Educational Corporation, 1964,
v.4, hlm. 494.
[31][31] The World Book
Encuclopedia, Chicago: Field Enterprises Educational Corporation, 1964,
v.4, hlm. 494
[32][32]
Jaih Mubarok. Dalam pandangan Jaih, definisi tersebut dianggap terbaik karena
definisi tersebut diuraikan secara eksplisit (tersurat) pada tahun 1871.
Disamping secara ilmu mantiq, definisi tersebut mencakup jami dan mani’. Bandung;
Pustaka Bany Quraisy., 2005, hlm. 5-6.
[33][33]
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (penghimpun), Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1964, hlm. 113.
[34][34]
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (penghimpun), Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1964, hlm. 113.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar